ARSITEKTUR VERNAKULAR KAWASAN PESISIR DAN PERBUKITAN
Serupa, Tapi tak Sama! Inilah Perbedaan antara Gaya Arsitektur Vernakular, Arsitektur Tradisional, dan Arsitektur Nusantara
1.Arsitektur Vernakular
Gaya arsitektur vernakular ini juga dinilai ekonomis secara biaya, sehingga di Indonesia sangat banyak tempat yang mengusung konsep ini. Dengan bumbu-bumbu tradisional, sering dijumpai rumah maupun area fungsional seperti sarana keagamaan, tradisi bahkan pusat paguyuban masyarakat setempat seperti kantor desa/hukum tua, dan kantor kelurahan.
Beberapa bangunan di Sulawesi Utara bagian perbukitan, banyak rumah menggunakan konsep ini, karena bahan kayu yang mudah didapat, tidak menyerap hawa panas, dan penyalur udara segar yang baik disetiap pori-pori kayunya. Beberapa rumah menggunakan kayu aren, beberapa didominasi juga oleh penggunaan kayu jati.
2.Arsitektur Tradisional
Perbedaan gaya ini dengan arsitektur vernakular, jika dilihat dari sejarahnya, arsitektur tradisional memiliki maksud terselubung disetiap lekuk bangunannya, dimana ada metode khusus yang perlu diperhatikan dalam mengusung gaya ini. Kemudian kompleksitas arsitektur tradisional lebih ditonjolkan, karena selain estetika dan fungsionalitas, harus ada nilai budaya yang tersirat dalam bangunan sebagai bagian dari tradisi sejak lama, sesuai dengan namanya, tradisional.
Penerapan arsitektur tradisional diterapkan hampir diseluruh belahan dunia, dan berikut beberapa contohnya:
- Pagoda dan Kuil Tiongkok (Cina): Atap berundak, ornamen-ornamen tradisional, dominasi warna merah yang simbolik
- Shoin-zukuri (Jepang): Penggunaan kayu, tatami, pintu geser, dan taman berupa taman zen, bermakna ketenangan dan keseimbangan aura.
- Pathernon (Yunani): Kolom Doric, Ionic, Corinthian, frisos dengan relief, struktur simetris,mengikuti pola matematika.
- Pueblo Bonito (Amerika Utara): Bangunan dari tanah liat, dinding tebal, dan teras bertingkat, memberikan kesan mewah seperti istana pasir
3.Arsitektur Nusantara
Arsitektur nusantara sudah pasti kita jumpai setiap hari, khususnya di pulau-pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan beberapa di Kepulauan Nusa Tenggara. Arsitektur nusantara lebih identik dengan rumah adat yang biasanya digunakan sebagai tempat berkumpul dan menetap. Berikut contoh dari ciri khas gaya arsitektur nusantara:
- Rumah Adat Toraja (Tongkonan): Atap berbentuk tanduk kerbau, ukiran tradisional, dan struktur kayu yang indah. Rumah ini juga memiliki makna simbolis dalam kehidupan masyarakat Toraja.
- Rumah Minangkabau, Sumatera Barat: Atap berkuku (berbentuk tanduk) yang melambangkan tanduk kerbau, struktur kayu yang indah, dan seringkali dihiasi dengan ukiran-ukiran cantik.
- Rumah Adar Nias, disebut juga "Omo Sebua": Dibangun dari kayu dengan struktur yang kuat, memiliki tiang-tiang utama yang besar dan dekorasi ukiran yang unik.
- Rumah Walewangko, Sulawesi Utara: Berbentuk layaknya sebuah panggung, diatas kuda-kuda yang berdiri, memberi kesan terbuka, dengan ciri khas atap dengan langit-langit yang menjulang tinggi
Komentar
Posting Komentar