ARSITEKTUR VERNAKULAR KAWASAN PESISIR DAN PERBUKITAN

Serupa, Tapi tak Sama! Inilah Perbedaan antara Gaya Arsitektur Vernakular, Arsitektur Tradisional, dan Arsitektur Nusantara

Author: Ryan Jacobus, Lecture: Steven Lintong, ST., MArs.
gambar : inhabitat.com
Keberagaman seni dan budaya di dunia ini menciptakan berbagai ekspresi kreatif yang tercermin dalam arsitektur. Dari desa terpencil hingga kota besar, setiap tempat memiliki ciri khas arsitekturnya sendiri, itulah mengapa arsitektur ini, merupakan ilmu tentang sosial dan keberagaman. Artikel ini akan membahas perbedaan antara tiga pendekatan arsitektur yang unik, antara Gaya Arsitektur Vernakular, Arsitektur Tradisional dan Arsitektur Nusantara. Melalui penjelasan yang akan diulas, kita akan menjelajahi esensi dan nilai-nilai yang melekat pada setiap bentuk arsitektur tersebut, menggali akar budaya yang melahirkan keindahan visual dalam setiap detailnya. Mari kita telusuri keunikan dan perbedaan yang membuat arsitektur ini begitu istimewa dan membanggakan.

1.Arsitektur Vernakular

gambar : galeri pribadi
Ciri khas arsitektur vernakular sangat terkait dengan kondisi lingkungan tempat mereka berada. Bahan bangunan dan desainnya sering kali dipilih untuk beradaptasi dengan iklim, tanah, dan sumber daya lokal. Metode pembuatannya menggunakan teknik dan material tradisional yang telah terbukti efektif dan tersedia secara lokal menjadi ciri khas arsitektur vernakular. Contohnya, penggunaan bambu atau anyaman sebagai bahan bangunan. cenderung menyesuaikan diri dengan kebutuhan sehari-hari masyarakat lokal. Desainnya sering kali muncul dari pemahaman yang dalam terhadap kebutuhan fungsional dan keseharian masyarakat setempat.
Gaya arsitektur vernakular ini juga dinilai ekonomis secara biaya, sehingga di Indonesia sangat banyak tempat yang mengusung konsep ini. Dengan bumbu-bumbu tradisional, sering dijumpai rumah maupun area fungsional seperti sarana keagamaan, tradisi bahkan pusat paguyuban masyarakat setempat seperti kantor desa/hukum tua, dan kantor kelurahan.
Beberapa bangunan di Sulawesi Utara bagian perbukitan, banyak rumah menggunakan konsep ini, karena bahan kayu yang mudah didapat, tidak menyerap hawa panas, dan penyalur udara segar yang baik disetiap pori-pori kayunya. Beberapa rumah menggunakan kayu aren, beberapa didominasi juga oleh penggunaan kayu jati.

2.Arsitektur Tradisional

gambar : pixabay.com
Gaya arsitektur tradisional merujuk pada gaya arsitektur yang berkembang di suatu wilayah atau budaya selama periode waktu yang panjang, seringkali diwariskan dari generasi ke generasi. Ini mencakup desain bangunan, struktur, dan pengaturan ruang yang mencerminkan kebutuhan dan nilai-nilai masyarakat setempat. Beberapa ciri umum arsitektur tradisional melibatkan penggunaan bahan bangunan lokal, teknik konstruksi yang diwariskan, dan adopsi desain yang mencerminkan keadaan lingkungan dan budaya setempat.
Perbedaan gaya ini dengan arsitektur vernakular, jika dilihat dari sejarahnya, arsitektur tradisional memiliki maksud terselubung disetiap lekuk bangunannya, dimana ada metode khusus yang perlu diperhatikan dalam mengusung gaya ini. Kemudian kompleksitas arsitektur tradisional lebih ditonjolkan, karena selain estetika dan fungsionalitas, harus ada nilai budaya yang tersirat dalam bangunan sebagai bagian dari tradisi sejak lama, sesuai dengan namanya, tradisional.
Penerapan arsitektur tradisional diterapkan hampir diseluruh belahan dunia, dan berikut beberapa contohnya:
  • Pagoda dan Kuil Tiongkok (Cina): Atap berundak, ornamen-ornamen tradisional, dominasi warna merah yang simbolik
  • Shoin-zukuri (Jepang): Penggunaan kayu, tatami, pintu geser, dan taman berupa taman zen, bermakna ketenangan dan keseimbangan aura.
  • Pathernon (Yunani): Kolom Doric, Ionic, Corinthian, frisos dengan relief, struktur simetris,mengikuti pola matematika.
  • Pueblo Bonito (Amerika Utara): Bangunan dari tanah liat, dinding tebal, dan teras bertingkat, memberikan kesan mewah seperti istana pasir

3.Arsitektur Nusantara

gambar : makassar.kompas.com
Gaya arsitektur ini mencerminkan ciri khas lokal Indonesia, dengan unsur yang mengacu pada keberagaman budaya, etnis, dan geografis di seluruh Indonesia. Seiring dengan kekayaan budaya yang beraneka ragam, arsitektur nusantara menampilkan ciri-ciri khas dari setiap daerah dan suku bangsa. Beberapa ciri umum arsitektur Nusantara melibatkan penggunaan bahan-bahan lokal, teknik konstruksi tradisional, dan adaptasi terhadap iklim tropis, yang dasarnya mirip dengan arsitektur vernakular.
Arsitektur nusantara sudah pasti kita jumpai setiap hari, khususnya di pulau-pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan beberapa di Kepulauan Nusa Tenggara. Arsitektur nusantara lebih identik dengan rumah adat yang biasanya digunakan sebagai tempat berkumpul dan menetap. Berikut contoh dari ciri khas gaya arsitektur nusantara:
  • Rumah Adat Toraja (Tongkonan): Atap berbentuk tanduk kerbau, ukiran tradisional, dan struktur kayu yang indah. Rumah ini juga memiliki makna simbolis dalam kehidupan masyarakat Toraja.
  • Rumah Minangkabau, Sumatera Barat: Atap berkuku (berbentuk tanduk) yang melambangkan tanduk kerbau, struktur kayu yang indah, dan seringkali dihiasi dengan ukiran-ukiran cantik.
  • Rumah Adar Nias, disebut juga "Omo Sebua": Dibangun dari kayu dengan struktur yang kuat, memiliki tiang-tiang utama yang besar dan dekorasi ukiran yang unik.
  • Rumah Walewangko, Sulawesi Utara: Berbentuk layaknya sebuah panggung, diatas kuda-kuda yang berdiri, memberi kesan terbuka, dengan ciri khas atap dengan langit-langit yang menjulang tinggi
Semoga beberapa penjelasan tadi tentang Perbedaan kontras Gaya Arsitektur Vernakular, Arsitektur Tradisional, dan Arsitektur Nusantara dapat dijadikan bahan pembelajaran dan referensi dalam melakukan praktik arsitektur di masa depan. Sekian redaksi saya, Terima kasih!
hmaunsrat logounsrat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ARSITEKTUR VERNAKULAR KAWASAN PESISIR DAN PERBUKITAN

HUKUM PRANATA PEMBANGUNAN ARSITEKTUR